
Metropostnews.com|Lebak – Warga Kabupaten Lebak, Banten, tetap melestarikan tradisi Malam Salikur yang berlangsung pada malam ke-21 bulan Ramadhan. Tradisi ini menjadi bagian dari kekayaan budaya masyarakat setempat dalam menyambut datangnya malam-malam terakhir di bulan suci.
Yustono, seorang warga Desa Aweh, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak menjelaskan, bahwa Malam Salikur merupakan simbol kebersamaan dan semangat ibadah masyarakat.
“Kami biasanya membawa makanan atau kue ke masjid atau Mushola. Ini sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan atas datangnya sepuluh malam terakhir Ramadhan, di mana terdapat malam Lailatul Qadar,” ujar Yustono saat ditemui di Rangkasbitung, Kamis (20/03/2025)
Sementara itu, H. Mashur Sudrajat, seorang tokoh masyarakat, menambahkan bahwa tradisi ini sudah berlangsung turun-temurun dan tetap dijaga oleh masyarakat.
“Selain membawa makanan atau kue, warga juga berkumpul untuk tadarus Al-Qur’an dan memperbanyak ibadah. Ini menjadi momen kebersamaan yang semakin mempererat tali silaturahmi antar warga,” ungkapnya.
Menurutnya, di era modern ini, banyak anak muda yang mulai tertarik untuk ikut menjaga tradisi Malam Salikur. Hal ini menunjukkan bahwa nilai-nilai budaya dan agama masih melekat kuat dalam kehidupan masyarakat Lebak.
“Tradisi Malam Salikur di Kabupaten Lebak tidak hanya memperkuat spiritualitas, tetapi juga menjaga nilai-nilai sosial yang diwariskan dari generasi ke generasi. Warga berharap tradisi ini tetap lestari dan dapat terus diwariskan kepada anak cucu,” ujar H Mashur. (Ajat)