Ditulis Oleh Moch Ojat Sudrajat, Ketua Perkumpulan Maha Bidik Indonesia
Bahwa sebagaimana diketahui beberapa hari yang lalu MAKI ( Masyarakat Anti Korupsi Indonesia) mengadukan ke Polda Banten terkait dugaan kredit macet PT. HNM di Bank Banten, ke Polda Banten.
Hal ini tidak tepat ….karena dugaan terkait kasus PT. HNM di Bank Banten, TELAH TERLEBIH DAHULU bergulir di Bareskrim Polri, di tahun 2020…. dan saat itu saya juga adalah Penggugat Bank Banten di PN. Serang.
Bahwa jika memang MAKI memiliki BUKTI BUKTI BARU yang menguatkan terkait dugaan kredit macet PT. HNM maka sepatutnya MAKI langsung menyampaikan hal tersebut ke Bareskrim Polri, dan saya yakin sekaliber MAKI seharusnya dapat memperoleh informasi unit mana yang menangani permasalahan PT. HNM di Bareskrim….
Saya sangat berharap atas pengaduan ini, tidak menimbulkan kegaduhan sehingga mengakibatkan BANK BANTEN kembali harus mengeluarkan energi untuk masalah yang sebenarnya sudah pernah terjadi dan masih berjalan…
Saya tidak ingin Bank Banten yang merupakan bank kebanggaan masyarakat Banten kembali mengalami kesulitan sebagaimana yang pernah terjadi pada tahun 2020 yang lalu.
METROPOSTNews.com | Indramayu – Sultan Ageng Tirtayasa adalah Sayyid Abdul Fattah Al Azmatkhan Al Husaini, sultan Banten ke-6 yang berhasil membawa Kerajaan Banten menuju puncak kejayaannya. Sultan Ageng Tirtayasa atau yang dijuluki Pangeran Surya berkuasa antara tahun 1651-1683. Selama berkuasa, perannya tidak sebatas memajukan Kesultanan Banten. Raja dari Banten yang gigih menentang VOC adalah Sultan Ageng Tirtayasa. Berkat kegigihannya dalam membela bangsa Indonesia, ia bahkan dicap sebagai musuh bebuyutan Belanda.
Sultan Ageng Tirtayasa adalah putra dari Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad (sultan Banten ke-5) dan Ratu Martakusuma yang lahir pada 1631. Kakeknya bernama Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdul Kadir atau dikenal sebagai Sultan Agung, Sultan Banten ke-4 yang juga gigih memerangi Belanda. Setelah ayahnya wafat pada 1650, Sultan Ageng Tirtayasa diangkat oleh kakeknya sebagai Sultan muda dengan gelar Pangeran Dipati. Kemudian setelah kakeknya wafat pada 1651, ia resmi naik tahta menjadi raja Banten ke-6 dengan gelar Sultan Abdul Fattah Al-Mafaqih. Dari istri-istrinya, Sultan Ageng Tirtayasa memiliki 29 orang anak. Putranya yang terkenal adalah Sultan Abu Nashar Abdul Qahar atau Sultan Haji dan Pangeran Purabaya dan yang biasa terkenal dikalangan umum adalah Syekh Masyuruddin.
Dari ke 29 anaknya Sultan Ageng Tirtayasa memberikan berbagai macam gelar kepada anak-anaknya sebagai strategi untuk melawan penjajah, ada yang diberikan gelar Raden, Tubagus, Ratu dan Pangeran. Dari sinilah kita mengetahui bahwa Sultan Ageng Tirtayasa sangat gigih mempertahankan dan membela tanah airnya, yaitu Indonesia.
Sepeninggal Sultan Abdul Mufakhir Mahmud Abdul Kadir pada 10 Maret 1651, dan kedudukannya sebagai Sultan Banten digantikan oleh Pangeran Adipati Anom Pangeran Surya, putra Abu al-Ma’ali Ahmad, ketegangan dengan VOC terus berlanjut. Bahkan dapatlah dikatakan bahwa puncak konflik dengan VOC terjadi ketika Kesultanan Banten berada di bawah kekuasaan Pangeran Adipati Anom Pangeran Surya yang memiliki gelar Sultan Abu Al Fath Abdul Fattah atau lebih dikenal dengan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1684) yang diakui negara RI sebagai salah satu Pahlawan Nasional dari Banten.
Sultan Ageng Tirtayasa selain seorang ahli strategi perang, ia pun menaruh perhatian besar terhadap perkembangan pendidikan agama Islam di Banten. Untuk membina mental para prajurit Banten, didatangkan guru-guru agama dari Arab, Aceh, dan daerah lainnya. Salah seorang guru agama tersebut adalah seorang ulama besar dari Makassar yang bernama Syekh Yusuf Taju’l Khalwati, yang kemudian dijadikan mufti agung, sekaligus guru dan menantu Sultan Ageng Tirtayasa.
Usaha Sultan Ageng Tirtayasa baik dalam bidang politik diplomasi maupun di bidang pelayaran dan perdagangan dengan bangsa-bangsa lain semakin meningkat. Pelabuhan Banten makin ramai dikunjungi para pedagang asing dari Persi (Iran), India, Arab, Cina, Jepang, Pilipina, Malayu, Pegu, dan lainnya. Demikian pula dengan bangsa-bangsa dari Eropa yang bersahabat dengan Inggris, Perancis, Denmark, dan Turki. Sultan Ageng Tirtayasa telah membawa Banten ke puncak kemegahannya. Di samping berhasil memajukan pertanian dengan sistem irigasi ia pun berhasil menyusun kekuatan angkatan perangnya, memperluas hubungan diplomatik, dan meningkatkan volume perniagaan Banten sehingga Banten menempatkan diri secara aktif dalam dunia perdagangan internasional di Asia.
Banten menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif. Sekitar tahun 1677 Banten mengadakan kerjasama dengan Trunojoyo yang sedang memberontak terhadap Mataram. Dalam pada itu, dengan Makasar, Bangka, Cirebon, dan Indrapura dijalin hubungan baik. Demikian pula hubungannya dengan Cirebon, sejak awal telah terjadi hubungan erat dengan Cirebon melalui pertalian keluarga (kedua keluarga keraton adalah keturunan Syarif Hidayatullah). Banten membantu Cirebon dalam membebaskan dua orang putera Panembahan Girilaya, yaitu Pangeran Martawijaya dan Pangeran Kartawijaya, yang ditahan di ibu kota Mataram dan pasukan Trunojoyo di Kediri tahun 1677, bahkan mengangkatnya menjadi Sultan di Cirebon, sejak 1676 kekuasaan Banten masuk ke dalam keraton Cirebon dan turut mencakupnya.
Ini menjadi refleksi bersama di hari lahir Nahdlatul Ulama dan juga mendekati Haul Sultan Ageng Tirtayasa yang ke – 330, “Hikmah Sebuah Perjalanan Agung”, yang akan di adakan pada tanggal 16-17 Februari 2022 di Halaman Makam Sultan Ageng Tirtayasa Kampung Tirtayasa Kabupaten Serang Banten.
Semoga dengan adanya tulisan ini, terkhusus kepada penulis yang kebetulan masih tersambung nasabnya ke atas bisa melanjutkan perjuangan-perjuangan para pendahulu demi menjaga ketentraman bangsa dan negara dan untuk para pembaca harus bisa bersyukur dan juga menjaga nilai-nilai perjuangan yang sudah dituntaskan oleh Sultan Ageng Tirtayasa atau Habib Abdul Fattah bin Abdul Mafakhir Mahmud Abdul Kadir Azmatkhan Al Husaini, dan wajib harus kita lanjutkan bersama untuk Merawat Jagat Membangun Peradaban.
METROPOST1.COM —Edy Sumardi Priadinata, S.I.K., M.H Sebelum Memulai Kiprahnya di Tanah Jawara telah melalang buana di Nusantara Indonesia, diawali tugas di Pulau Sulawesi, tepatnya di Sulawesi Selatan dengan pangkat Ipda sebagai Pamapta Polres Pinrang Polwil Pare Pare Polda Sulsel Pada 1997, setelah dilantik sebagai perwira Akabri 1996. Pada Selasa (03/08/2021)
Putra ke 4 dari 7 bersaudara yang lahir pada 16 Maret 1974 dari seorang Bapak Serma TNI AL (Purn) H. Soewardi Chaniago yang merupakan Prajurit TNI Angkatan Laut di Belawan Medan, Edy awal meniti karier sejak memasuki pendidikan awal menjadi Taruna AKPOL merasa berat karena dia tidak begitu tahu tentang tugas seorang anggota polisi. Edy lebih mengetahui tugas seorang tentara lantaran sejak kecil tinggal di lingkungan komplek angkatan laut mengikuti sang ayah seorang bintara angkatan laut.
KARIER DI KEPOLISIAN HINGGA MENJABAT KABID HUMAS POLDA BANTEN
Setelah mengawali tugas di Sulawesi selatan, Edy Sumardi ketika berpangkat pamen tugas di Polda Riau memiliki pengalaman dalam bidang lalu lintas terbukti beberapa kali menjabat sebagai perwira di Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas). Dengan diawali bertugas sebagai Kasubbid Dikyasa Ditlantas Polda Riau pada tahun 2011 lalu tahun 2012 Kasubdit Bingakkum Ditlantas Polda Riau lalu pada tahun 2013 bertugas sebagai Kasat PJR Ditlantas Polda Riau, selanjutnya beberapa kali menjabat sebagai Kapolres Polda Riau Pada Tahun 2015 Kapolres Kuantan Singingi Polda Riau lalu pada tahun 2016 bertugas sebagai Kapolres Kampar Polda Riau pada tahun 2016 menjabat sebagai Kapolres Kampar Polda Riau hingga sebelum ke tanah jawara pada tahun 2017 menjabat sebagai Wakapolresta Pekan Baru Polda Riau.
Pada 17 November 2018 Edy Sumardy Priadinata, S.I.K., M.H mendapat promosi jabatan sebagai Kabid Humas Polda Banten berdasarkan Surat Telegram Kapolri Nomor: St/2949/X/2018 Tanggal 17 November 2018 yang sebelumnya menjabat sebagai Wakapolresta Pekan Baru Polda Riau.
SOSOK YANG HUMANIS
Edy dikenal sebagai sosok yang humanis di masyarakat, semasa menjabat sebagai kapolres Kampar dan Wakapolresta Pekan Baru Polda Riau. Edy mempunyai moto yaitu sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Untuk itu, Edy sering sekali turun ke lapangan membantu masyarakat yang membutuhkan dengan program unggulannya yaitu jumat barokah, dengan kinerja yang ditunjukanya.
Perwira lulusan Akabri 1996 ini tak luput dari sorotan masyarakat tentang kepeduliannya terhadap masyarakat yang kurang mampu. Program Berbagi Jum’at Barokah yang didirikannya selalu dilaksanakan
POLISI JUMAT BAROKAH
Edy sumardi menjadi pelopor kegiatan sosial Program Jumat Barokah, secara konsisten mengunjungi rumah warga yang membutuhkan dan yayasan panti asuhan setiap Jumat nya
Selain itu Edy sumardi juga peduli dan selalu berbagi kepada tukang becak, tukang parkir, pedagang kaki lima, ojek Pangkalan, ojek online, serta pedagang asongan
Di masa pemberlakuan PPKM Level 4 Edy Sumardi juga tak pernah henti berbagi kepada sesama.
Dikenal dekat dengan tokoh Ulama dan Yatim Piatu.
Edy Sumardi dikenal sosok yang sangat dekat dengan tokoh ulama dan yatim piatu, selalu menyambangi alim-ulama, pesantren, atau rumah yatim/ yatim – piatu.
Edy Sumardi bersilaturahmi ke rumah tokoh-tokoh ulama Banten seperti KH. Abuya Dimyati, KH. Abuya Murhtado, KH. Embay, KH. M. Romli, KH. Nany, KH Ahmad Qizwini, KH. Syakrowi, KH. TB. Romli di anyer serta KH. Asror di ciput dan ulama lainnya
Selain itu Edy sumardi senantiasa mengunjungi beberapa yayasan panti asuhan sebagai bentuk kepedulian dan empati kepada anak-anak asuh di panti asuhan, salah satu nya adalah yayasan Baiturrahman di Kec. Kasemen Serang Kota yang jadi langganan nya setiap bulan.
PEDULI DENGAN PERSONEL
Selain terkenal dengan sosok yang humanis, Edy sumardi juga terkenal dengan kepeduliannya kepada personel, Bidhumas Polda Banten, khususnya disaat Personel dalam keadaan sakit, baik yang terbaring dirumah maupun yang terbaring di rumah sakit. Ketika mendengar personel merasakan sakit, Edy sumardi selalu mengagendakan untuk datang menjenguk, memberi motivasi dalam menghadapi sakit tersebut
DEKAT DENGAN WARTAWAN
Edy Sumardi yang mempunyai 2 orang putra dan 1 orang putri ini sangat dekat dengan wartawan, awal bertugas Edy secara langsung bersilaturahmi ke media-media, sebagai insan Satya Haprabu yaitu setia pada pimpinan dan negara untuk berkomitmen mendukung program-program pemerintah dan demi terciptanya banten yang aman dan damai. Yang di antaranya kunjungan ke kantor-kantor media baik media cetak, media online, media tv dan radio, mengadakan acara problem solving bersama media dengan program kapolda banten yuk ngopi wae, melaksanakan kegitan bakti sosial bersama media, melaksanakan ekspos kasus, olahraga bersama serta berkunjung ke rumah wartawan yang sakit dan berduka.
MENERIMA BEBERAPA PENGHARAGAAN
Selama kurang lebih 33 Bulan menjabat sebagai Kabid Humas Polda Banten, Edy sumardi telah mendapatkan berbagai macam penghargaan dari instansi Polri maupun dari organisasi media berkat dedikasi dan kinerja yang baik demi memberikan pelayanan kepada masyarakat dan demi terciptanya situasi yang aman dan kondusif Edy Sumardi mampu meraih penghargaan dalam amplifikasi berita polri dan edukasi aktif masyarakat dalam managemen media dari kapolri Jenderal Polisi (Purn.) Prof. Drs. H. Muhammad Tito Karnavian, M.A., Ph.D. saat rakernis humas polri tahun 2019.
Dan meraih penghargaan kategori partisipasi secara aktif dalam publikasi dan amplifikasi berita terbanyak peringkat tiga pada website divisi humas polri dari kadiv humas polri Irjen. Pol. Raden Prabowo Argo Yuwono, S.I.K., M.Si. saat rakernis humas polri tahun 2021 yang diadakan di Bali.
Serta mendapatkan penghargaan dari organisasi media seperti IJTI, pada peringatan Hari Bhayangkara ke 74, IJTI Provinsi Banten, PWI Riau Award, dan beberapa Organisasi Media ikut memberikan penghargaan atas sinergitas serta kerjasamanya dengan rekan wartawan selama ini dalam hal pemberitaan media oleh Bidang Hubungan Masyarakat (Bid Humas) di bawah pimpinan Kabid Humas Polda Banten Kombes Pol. Edy Sumardi.
DEDIKASI MELAYANI PIMPINAN
Selama menjabat sebagai Kabidhumas Polda Banten telah mendampingi 4 pergantian pimpinan, Edy selalu berperan aktif melayani pimpinannya dari mulai yang pertama pada tahun 2018 Kapolda Banten Irjen Pol Tomsi Tohir M.Si membantu menanggulangi penanganan bencana tsunami di Pandeglang Banten, serta saat gempa Lampung dan Kecamatan Sumur Pandeglang Banten tahun 2019.
Yang kedua pada tahun 2019 Kapolda Banten Irjen Pol Drs Agung Sabar Santoso, S.H.,M.H membantu penanganan bencana banjir bandang di Lebak Banten, serta penanganan banjir bandang kec. Cipanas kab. Lebak Banten.
Yang ketiga pada tahun 2020 Irjen Pol Drs. Fiandar, di awal masa pandemic Covid-19, saat awal merebaknya virus Covid-19, melakukan kegiatan bakti sosial ke masyarakat terdampak pandemi, serta melaksanakan penanggulangan pandemic Covid-19.
Serta yang keempat pada tahun 2021 pada kepemimpinan Kapolda Banten Irjen Pol Dr. Rudy Heriyanto Adi Nugroho S.H.,M.H.,M.B.A yaitu membantu mengoptimalisasi penanggulangan Covid 19 diantarannya Operasi Ketupat Mudik Lebaran pada masa Pandemic Covid-19, Operasi Simpatik pada saat PPKM Darurat, Patroli Skala Besar PPKM Darurat, Bakti sosial kepada para pekerja dan buruh, mensosialisasikan program vaksinasi massal yang diantaranya Vaksin Go To School dan Vaksin di Kapal Fery Merak Cilegon Banten.
PROMOSI JABATAN SEBAGAI DIRPAMOBVIT
Karena dedikasi dan kinerja yang baik itu, pada tanggal 26 Juli 2021 Bedasarkan Surat Telegram Kapolri Nomor : ST/1507/VII/KEP/2021 edy mendapat promosi jabatan baru sebagai direktur pengamanan objek vital (Dirpamobvit) Polda Banten.
METROPOST1.COM, Selayar —Kabar duka menyelimuti warga dan keluarga masyarakat Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi-Selatan yang kembali kehilangan salah seorang sosok putera daerah terbaiknya.
Sosok mantan anggota DPR/MPR-RI dari Partai Amanat Nasional (PAN) untuk masa bhakti, 1999-2004 yang juga dikenal sebagai penggagas dan pendiri Pondok Pesantren Al-Quran Babussalam, di Desa Ciburial, Dago, Bandung, pada tahun 1981, silam.
Sebuah Pondok Pesantren yang didominasi oleh santri dari keluarga miskin, kurang mampu, kaum tertindas, dan mustadh’afin dan atau kaum terpinggirkan yang kemudian dibebaskan dari segala bentuk iuran, biaya hidup, sampai dengan biaya pendidikan.
Sebelumnya, ia sempat mengenyam pendidikan dan meraih gelar sarjana jurusan sastra Arab, di Fakultas Keguruan Sastra dan Seni (FKSS) IKIP Bandung.
Setelah menyelesaikan pendidikan terakhir di IKIP Bandung, dia mulai fokus dan mengawali kiprah sebagai seorang figur mubalig, ulama, dan sekaligus cendekiawan, kelahiran, Provinsi Sulawesi-Selatan yang dikenal sebagai pencetus konsep Da’wah Kedah Kahartos Tur Karaos (dakwah harus dipahami dan dirasakan).
Berbagai jenis pekerjaan pernah dilakoninya dimulai dari profesi sebagai seorang guru SD, SMP, Madrasah, dan bahkan sempat melakoni pekerjaan sebagai tukang tembok, serta penjual terasi di Bandung.
Pria pemilik nama lengkap, Drs. K.H. Muchtar Adam, lahir di Selayar, pada tanggal, 10 September 1939 tersebut juga pernah tercatat sebagai salah seorang Kepala seksi Penerangan Agama, Kantor Departemen Agama, Kotamadya Bandung.
Karier Kepala seksi penerangan Agama, ia rintis dari bawah, sebagai seorang staf, di kantor yang sama.
Selain itu, dia juga sempat tercatat sebagai salah seorang dosen Luar biasa di lingkungan Universitas Pajajaran.
Namanya juga pernah tercatat sebagai sosok aktivis organisasi pelajar, kemahasiswaan, sampai pengurus yayasan, serta lembaga da’wah yang tergolong aktif dan produktif dalam penyebarluasan syariat Agama Islam melalui kegiatan publikasi karya tulis ilmiah.
Sebelum wafatnya, almarhum, KH. Muchtar Adam, sempat menulis dan mewariskan sedikitnya 44 buah buku, 18 naskah, berikut, 6 judul bukul yang ditulis bersama, salah satu diantaranya, buku berjudul : Memantapkan Syahadatain (Dua Kalimat Syahadat) dan Makrifat yang diterbitkan oleh percetakan, Media Utama Bandung, pada sekitar tahun, 2014.
Kiprah almarhum tak berhenti sampai di situ, karena dalam masa pengabdiannya, sebagai anggota, DPR/MPR-RI, ia dikenal sebagai sosok wakil rakyat yang tergolong vokal dan ulet dalam mengawal, membahas, dan memperjuangkan RUU SISDIKNAS, sampai mendapat persetujuan, dan resmi ditetapkan menjadi UU No. 20 Tahun 2003 Tentang : SISDIKNAS.
Berbekal kekuatan, UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan pesantren dan majelis taklim resmi dinyatakan sebagai bahagian dari sistem pendidikan nasional.
Sebuah bentuk sumbangsih dan kontribusi berarti yang diilhami dari prinsip dasar almarhum, bahwa sesungguhnya esensi dakwah, tak lain dan tak bukan, Al Tarbiyah wa al ta’lim, pendidikan dan pengajaran berbasis Al-Quran.
Ini tercatat sebagai salah satu bentuk kiprah dan perjuangan penting almarhum, semasa aktif dan menduduki posisi sebagai anggota DPR/MPR-RI.
Almarhum, menghembuskan nafas terakhir pada sekira pukul, 22.03, hari, Selasa 6 Juli 2021, bertempat, di Rumah Sakit Muhammadiyah, Bandung, pada usia kurang lebih, 82 tahun.
Pimpinan Pondok Pesantren Al Qur’an Babussalam, AL Mukhtariyah, Desa Ciburial, Dago, Bandung, Jawa Barat tersebut, wafat, disebabkan karena penyakit serangan jantung dan paru yang diderita almarhum kembali kumat, dan mengharuskannya untuk menjalani perawatan intensif di rumah sakit, sampai akhirnya dinyatakan meninggal dunia.
dari rumah sakit, jenazah almarhum sempat disemayamkan di rumah duka, yang berada di dalam area, Pondok Pesantren Al Qur’an Babussalam, Desa Ciburial, Dago, Bandung, Jawa Barat dan dikebumikan pada sekira pukul 03.00, hari, Rabu, (7/7) dini hari, bertempat, di kompleks pemakaman keluarga, Ciburial Indah.
Almarhum, KH. Muchtar Adam pergi dengan meninggalkan seorang isteri, enam orang anak, tiga puluh satu cucu dan empat belas orang cicit.
Rasa sedih, duka, dan kehilangan, terasa begitu membekas, jika mengingat pesan, dan amanah penting yang sempat dititipkan almarhum bagi seluruh komponen masyarakat Kabupaten Kepulauan Selayar, untuk bahu membahu menyelamatkan Selayar dari perilaku buruk, dan praktik money politic yang telah bertahun-tahun merusak mental dan sendi-sendi kehidupan masyarakat Bumi Tanadoang.
Pesan sarat makna ini dititipkan almarhum, setahun kurang lebih, sebelum kemudian, ia dipanggil oleh Allah. ( Agus s )
METROPOST1.COM —Hobi mengoleksi barang tertentu pada dasarnya memang memberikan banyak teka teki, entah hal apa yang membuat seseorang dapat menggemari suatu hal dengan penuh fanatisme. Kemudian, dari waktu ke waktu, jumlah barang koleksian terus bertambah dengan ragam variasi.
Ikin Sodikin M atau lebih dikenal Kin Sanubary adalah seorang kolektor Media cetak lokal dan luar negeri. Dia mempunyai lebih dari 3.000 eksemplar majalah lawas yang terbit antara dekade 1950-an hingga 2010-an. Kin merupakan sosok pembaca setiap produk jurnalistik dan penggemar majalah musik, hiburan. Tidak tanggung-tanggung kin memiliki beberapa surat kabar dekade 1950-an.
Pria kelahiran Subang 4 Januari 1971 ini memiliki istri bernama Kurnia Fatmawaty Dan dikaruniai 3 orang putra yaitu
1) Iqbal Fathurahman 2) Ichsan Syamsul Alam 3) Ikhwan Fahrushiddik
Kin saat ini berkerja di salah satu perusahaan swasta dengan rutinitas aktif di beberapa komunitas pendengar radio, dan menghadiri talk show di radio.
Awal dirinya menjadi seorang kolektor media massa tentu dimulai dari kebiasaan di keluarga yang aktif membaca dengan berlangganan koran dan itu sejak Kin SMP.
“SMP saya sudah membeli majalah” ujar kin. Untuk generasi 90an, tentu akan sangat familiar dengan koran atau majalah, karena media cetak adalah sarana informasi paling utama saat itu, jauh sebelum era Digital Sosial Media begitu dominan seperti sekarang.
“Kalau awal-awal itu tahun 1985. Saya masih tertarik sama majalah. Beberapa majalah gaya hidup kayak Majalah Hai, tuh. Saya senang sama rubrik karikatur di sana. Selain Hai, saya juga tertarik sama Tabloid Monitor.” Ungkap Kin, seperti dilansir dari salah satu media.
Cukup luar biasa koleksian Kin Sanubary ini, ada terbitan koran Pikiran Rakyat Edisi Pertama, ada juga koran Metro Bandung, yang merupakan koran cikal bakal Tribun Jabar. Secara pribadi penulis cukup takjub dan terharu saat kin mengupload koran Metro Bandung, seperti mengingatkan kenangan saat bergabung di koran tersebut.
Surat kabar edisi 1985 sampai tahun yang lebih muda ia dapatkan dengan membeli sendiri. Sedangkan surat kabar atau majalah dengan tahun terbitan lebih tua dari 1985 ia dapatkan dari peninggalan kakeknya atau dengan cara barter.
Selain mengkoleksi media cetak musik dan hiburan, pada pertengahan dekade 1990-an, Kin mulai tertarik mengoleksi media cetak bermuatan politik, sosial, dan ekonomi diantaranya Tabloid ADIL, yang banyak merangkum peristiwa penting di pertengahan dekade 1990-an. Salah satunya saat Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, yang kemudian dikenal sebagai peristiwa sejarah besar sampai hari ini.
“Nah, pas kejadian ini, saya dapet cerita dari orang di balik layar Tabloid ADIL, ini tuh seisi koran diubah hari itu juga. Pas kejadian Soeharto mundur. Bisa gitu ya produksi media zaman dulu,” ujar Kin.
Dikutip dari beritabaik.id Sebagai penggemar dan pembaca setia Majalah Hai, sosok Arswendo Atmowiloto adalah bapaknya Majalah Hai. Lebih jauh lagi, Kin menyebut Arswendo adalah Bapak Entertaint di Republik Indonesia karena ide-ide ciamiknya yang masih relevan hingga saat ini. Karena ia punya banyak arsip Majalah Hai dan beberapa surat kabar besutan Arswendo, Kin disambangi enam orang terdekat mendiang Arswendo dan dari pihak Kompas Gramedia, tempat Majalah Hai kini bernaung.
Adahal yang cukup menyenangkan bagi penulis, nama Kin Sanubary bagi pendengar setia radio Sonora acara AMKM (Anda Meminta Kami Memutar) di 90an, tentu akan sangat hafal dan tidak asing lagi bahkan penulis ingat betul nama ini yang kerap disebut sang penyiar dalam sesi rekues pendengar.
Pada satu kesempatan Kin menyurati surat kabar Pikiran Rakyat di tahun 2006. Dalam surat pembaca nampak jelas bagaimana Kin menggambarkan koleksi surat kabar Pikiran Rakyat edisi Selasa, 14 Juli 1959 miliknya. Sebagai apresiasi akhirnya Kin sanubary diundang dalam acara ulang tahun Pikiran Rakyat di tahun itu. Bahkan beberapa koleksi lawas Kin kemudian ‘dihibahkan’ ke Pikiran Rakyat saat itu.
Itulah sedikit kisah sang kolektor media massa Kin Sanubary pria yang kini menetap di kota Subang Jawa Barat. Sebagai manusia, semua pihak tentunya memiliki keinginan untuk mengumpulkan sesuatu di masa lampau. Lewat hal tersebut lahir semacam ikatan emosional kepada sesuatu yang tak bernyawa.
Orang mengkoleksi karena banyak faktor suka, hobi, atau menjadi bagian komunitas, bahkan karena ingin sebagai salah satu cara berinvestasi.
Berkutat dengan barang hobi pun bisa mengasah kemampuan dalam alokasi keuangan. Karena harga figure aksi dan barang koleksi itu beragam. Mulai dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah tergantung tingkat langka, akurasi, dan faktor lainnya.
Koleksi tidak selalu harus dengan nuansa baru dan akurasi yang bagus. Kadang barang kreasi seni yang hanya dibuat secara terbatas memiliki harga yang tidak ternilai seperti halnya koleksi media cetak Kin Sanubary ini. (Andrian)
METROPOST1.COM, Trenggalek —Kang Gani kini meneruskan padepokan yang didirikan oleh kakeknya yang dikenal gagah berani untuk membantu siapa saja yang membutuhkan.
Berawal dari suatu hari ketika kang Gani (nama sapaan yang kini jadi ngetren di masyarakat) mendapat mimpi yang sangat megejutkan, yang padahal pada waktu itu ia (Gani) masih sangat kecil, yaitu berumur dua belas tahun. Kang Gani menerima wangsit dari kakeknya yang sudah meninggal melalui mimpi tersebut, alangkah terkejutnya ia sampai beranjak bangun dari tidurnya.
Dia (Gani) mendapat wangsit atau ilmu yang diwariskan oleh kakeknya untuk meneruskan padepokan tersebut dan sebuah benda pusaka berupa Keris Setumbal Kencono untuk menolong orang yang sangat membutuhkan, seperti untuk mengobati berbagai macam penyakit serta doa-doa untuk mengeluarkan penyakit dari gangguan makhluk ghoib.
Sejak kecil, kang Gani dikenal sebagai orang yang pintar, pandai serta rajin tirakat maupun berziarah kubur makam sunan sunan di berbagai daerah.
Padepokan Alternatif Trenggalek sendiri sudah sejak sepuluh tahun yang lalu dibuka oleh kang Gani.
Tujuannya adalah untuk membatu orang yang sakit parah maupun ringan menggunakan kejelian serta kepintaran yang didapat dari kakeknya sejak kecil yang membuat Gani bisa mengobati segala macam penyakit.
Gani, selain berwajah ganteng juga dikenal sebagai seorang yang pintar bergaul dan menempatkan diri dengan teman teman serta masyarakat pada umumnya, maka tidak heran banyak orang yang datang baik untuk sekedar berkunjung atau berobat untuk menyembuhkan penyakitnya.
Kang Gani, panggilan akrabnya, mengatakan bahwa dirinya sedari kecil sudah dibekali ilmu kanuragan dan ilmu goib oleh kakeknya. “Saya memang sejak kecil sudah diajari ilmu-ilmu kanuragan maupun ilmu goib oleh kakek saya” ungkapnya.
“Saya senang belajar ilmu-ilmu tersebut, karena saya sangat suka dan hobi jadi saya tekuni sampai sekarang. Tujuannya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan pertolongan baik fisik maupun mental, dan saya tidak pernah lelah serta capek untuk belajar dan belajar untuk mecapai ilmu yang maksimal dan membatu manusia dan alam goib” pungkasnya. (Agus s)
METROPOST1.COM, Serang — Inisiatif Kapolda Banten mendorong tumbuhnya “Kelompok Peduli Lingkungan Rawan Kejahatan Terhadap Anak dan Perempuan” merupakan langkah konkret yang patut disahuti secara positif oleh masyarakat Bumi Jawara.
Pemerhati kepolisian dan Budaya, Suryadi, M.Si di Serang, Banten, Senin (14/6/21) mengatakan, pihak yang paling berkepentingan mendukung adalah empat Pemkab dua Pemko, dan Pemprov Banten.
Para pemimpin puncak dan DPRD setempat, lanjut Suryadi, sudah selayaknya menjadi pihak pertama menyokong terbentuknya kelompok penyelamat generasi penerus.
“Jadi tidak hanya menjadi tukang data, lantas melontarkan keprihatinan. Sudah seharusnya Pemda yang membentuk dan membina kelompok-kelompok semacam itu,” kata Wasekjen Lembaga Kebudayaan Nasional itu.
Kelompok-kelompok penyelamat generasi penerus itu sudah waktunya didorong muncul kemudian dibina kelangsungan hidupnya.
Adanya Dinas Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Perempuan di Pemprov Banten, Pemkab dan Pemko, lanjutnya, itu berarti ada aktivitas terkait perlindungan anak dan pemberdayaan perempuan yang biayanya di-APBD-kan.
Suryadi merasa prihatin Banten menjadi salah satu daerah di Tanah Air yang tinggi angka kejahatan terhadap anak dan perempuan.
Dalam konferensi pers di hari yang sama, Kapolda Banten melalui Kabid Humas, Kombes Pol Edy Sumardi Priadinata, S.I.K, M.H. mengatakan, pihaknya akhir Juni ini akan menggelar FGD “Mendorong Tumbuhnya Kelompok Peduli Lingkungan Aman bagi Anak dan Perempuan”.
FGD tersebut merupakan bagian dari rangkaian kegiatan memperingati Hari Bhayangkara 1 Juli 2021.
Tingginya angka kejahatan terhadap Anak dan Perempuan diungkapkan oleh Dirkrimum Polda Banten, Kombes Pol. Martri Sonny dalam konferensi pers tersebut.
Menurut Kombes Sonny, sepanjang tahun 2020 hingga kini tahun 2021, pihaknya menangani 239 kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan.
Dari jumlah sebanyak itu, menurut Sonny, pelecehan seksual mendominasi dengan jumlah 184 kasus, sedangkan 55 kasus lainnya merupakan kekerasan fisik.
Suryadi mengingatkan, Negara ini berkepentingan terhadap kelangsungan generasi penerus yang sehat raga dan jiwanya.
Dari berbagai catatan para ahli psikologi terungkap bahwa dalam sejumlah kasus anak yang mengalami pencabulan oleh orang dewasa dan tidak tertangani dengan baik kejiwaannya, di kemudian hari ia cenderung melakukan hal serupa.
Jangan sampai pula, Suryadi mengingatkan, justru dalam perjalanan pertumbuhannya si anak justru juga menjadi pelaku pencabulan terhadap anak-anak sepermainannya.
Berangkat dari kenyataan itu, Suryadi mengatakan, inisiatif Kapolda Banten penggali “12 Commander Wish” dari kearifan lokal Banten termasuk “Polisi Sayang Anak Yatim” dan *Ronda Siskamling” di dalamnya, patut didukung secara konkret.
Kapolda Banten melalui Kabid Humas Kombes Edy Sumardi berharap di akhir FGD akan terbentuk percontohan satu kelompok penyelamat anak dan perempuan dari tindak kekerasan serta kekerasan seksual.
Oleh sebab itu, dalam FGD nanti akan tampil para narasumber pemuka agama, ahli hukum dalam perspektif hukum dan kearifan lokal, psikologi klinis, Polri dan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Dari para narasumber, diharapkan bukan cuma akan muncul angka, pemetaan, dan rasa keprihatinan, melainkan konkret terbentuknya percontohan kelompok penyelamat generasi penerus dan tips-tips bagaiman meniadakan potensi rawan kekerasan terhadap anak dan perempuan.
Jika di awal ini baru kelompok percontohan, kata Suryadi, kelak akan menginspirasi kelompok-kelompok serupa di tiap RT seprovinsi Banten.
Kegiatan akan dibuka secara virtual oleh Kapolda Banten, dan dikuti oleh peserta selain langsung di tempat penyelenggaraan, juga di keenam Polres/ta dalam wilayah hukum Polda Banten. Mereka yang mengikuti langsung adalah dari akademisi, Polda Banten, warga terpilih (ibu rumah tangga, tokoh masyarakat, pemuda, pemudi, lurah, Ketua RT), perwira dari keenam Polres/ta.
Selain itu, FGD diikuti secara zooming oleh para peserta di Polres/ta dipimpin langsung oleh Kapolres/ta. Para peserta itu terdiri atas staf di Polres/ta, enam orang terpilih dari lokasi yang pernah terjadi peristiwa kekerasan terhadap anak dan perempuan termasuk mahasiswa, dan Bhabinkamtibmas. (Andrian)
METROPOST1.COM, Serang — Bung One, sapaan akrab pria bernama lengkap Oni Sutarna adalah sosok Pengacara yang lahir dari keluarga petani sederhana di sebuah desa yang terletak di Kecamatan Rangkasbitung, Lebak, Banten. Pria lulusan Pondok Pesantren Modern Al-Mizan Rangkasbitung dan juga alumnus Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
Selama menjadi mahasiswa ia aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan diantaranya organisasi Keluarga Mahasiswa Banten (KMB) Bandung, Keluarga Mahasiswa Nahdhatul Ulama (KMNU) Bandung. Selain aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan Bung One juga memiliki minat dan bakat terhadap seni bela diri pencak silat yang membuatnya bergabung dan menimba ilmu serta seni beladiri di tanah priyangan Bandung yaitu Perguruan Silat Tadjimalela.
Karir pekerjaannya setelah lulus kuliah Bung One tidak gengsi menggeluti berbagai pekerjaan seperti sales dor to dor, sales kartu kredit hingga bekerja menjadi satpam (security) di sebuah stasiun kereta api di lintas Serpong-Tanah Abang.
Dua tahun menjadi security membuat Bung One berpikir ulang agar ilmu pengetahuan yang ia dapatkan dari bangku kuliah bisa lebih berguna dan bermanfaat, pada tahun 2011 ia memutuskan untuk terjun ke dunia pendidikan dengan menjadi guru di beberapa sekolah swasta di Kabupaten Lebak diantaranya pernah mengabdi di lembaga pendidikan islam Al-Qudwah Kabupaten Lebak.
Di tahun 2016 ia berminat kembali untuk berkiprah di dunia hukum dengan mengikuti Pendidikan Khusus Profesi Advokat di Jakarta yang kemudian dilanjutkan dengan menempuh ujian profesi Advokat di Kota Serang dan lulus pada tahun 2017 dengan baik.
Keberhasilannya lulus dalam Ujian Profesi Advokat membuat Bung One berminat untuk memperdalam ilmu pengetahuan hukum khususnya bidang hukum perdata, oleh karena itu ia melanjutkan pendidikan strata dua dengan mengambil konsentrasi Hukum Bisnis di salah satu universitas ternama di Tangerang Selatan.
Ketertarikannya akan ilmu pengetahuan di bidang hukum bisnis membuatnya tertarik untuk kembali mengenyam pendidikan strata dua bidang manajemen di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ganesha Ciputat dan lulus tahun 2020. Karir kepengacaraannya dimulai pada tahun 2017 dengan bergabung di salah satu kantor Pengacara ternama di Kabupaten Lebak yaitu Kantor Hukum Acep Saepudin & Partners.
Pilihannya untuk kembali berkiprah di dunia hukum ia anggap tepat dan sesuai dengan latar belakang pendidikannya, Bung One telah banyak menangani berbagai perkara bersama Kantor Hukum Acep Saepudin & Partners, baik perkara litigasi maupun non litigasi.
Bung One pun tidak sebatas Pengacara yang berpraktik di wilayahnya saja akan tetapi telah banyak menangani perkara di luar daerah diantaranya seluruh kota di Provinsi Banten, Jakarta Barat, Karawang, Subang dan Kabupaten Sumedang. Tidak sampai di situ ia juga sukses menembus dunia internasional bersama tiga rekan sekantornya ke Malaysia, Singapura dan Thailand.
Beberapa sertifikat bertarap internasional telah diraih Bung One pada tahun 2018 dan 2019 diantaranya adalah Certificate Of Symposium On Business Management Research dari Universitas Utara Malaysia (UUM), Certificate Of Muamalat and Islamic Finance Research dari University Of Malaya, dan Certified Procurement Lawyer dari International Federation Of Purchasing and Supply Management.
Selain menangani berbagai perkara, Bung One juga telah banyak mengisi training atau pelatihan terkait dengan hukum dan aktif menjadi pengurus pada beberapa organisasi advokat dan bantuan hukum diantaranya adalah sebagai Sekjen Lembaga Bantuan Hukum dan Studi Kebijakan Publik (LBH SIKAP) Banten perwakilan Kabupaten Lebak, dan Sekjen Asosiasi Pengacara Syari’ah Indonesia (APSI) Wilayah Banten.
Untuk mengabadikan rekam jejak kegiatan kepengacaraan dan portofolionya secara digital, Bung One mendokumentasikannya di Channel Youtube miliknya yang sudah memperoleh ribuan subscriber yaitu BungOne TV Channel.
Metropost1.com – Museum Kehidupan Nabi Muhammad dan Peradaban Islam resmi dibuka di Madinah. Museum ini berisi perjalanan kehidupan Nabi Muhammad dari lahir hingga wafat.
Nabi Muhammad lahir pada Tahun Gajah atau saat pasukan tentara bergajah menyerang Ka’bah. Berdasarkan riwayat, Rasulullah lahir pada 12 Rabiul Awal. Sejumlah kejadian luar biasa disebutkan terjadi saat kelahiran Nabi Muhammad seperti bintang yang bersinar terang dan burung yang bercahaya di rumah Aminah menyambut kelahiran Nabi.
Nabi Muhammad merupakan anak dari Abdullah dan Aminah. Di masa kecilnya, Nabi Muhammad banyak ditinggal oleh orang-orang terdekatnya.
Sang ayah lebih dulu meninggal dunia saat Nabi masih dalam kandungan. Sedangkan ibunya, meninggal dunia saat berusia enam tahun. Setelah Aminah meninggal dunia, Nabi Muhammad diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib.
Tak lama, sang kakek juga wafat dan Nabi diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.
Saat usia 12 tahun, Abu Thalib mengajak Nabi Muhammad untuk berdagang. Sejak saat itu, Nabi Muhammad menekuni pekerjaannya sebagai pedagang. Dia terkenal sebagai pedagang yang jujur, amanah, dan bekerja keras.
Ketekunan Nabi Muhammad menarik hari Khadijah yang juga merupakan saudagar kaya. Nabi Muhammad yang berusia 25 tahun menikah dengan Khadijah yang saat itu berumur 40 tahun. Keduanya menikah selama 25 tahun hingga Khadijah wafat.
Nabi Muhammad pertama kali menerima wahyu saat berusia 40 tahun di Gua Hira. Dia menerima surat Al Alaq ayat 1-5 yang disampaikan malaikat Jibril pada malam ke-17 Ramadan. Peristiwa ini menjadi tanda Muhammad diangkat menjadi Nabi dan Rasul Allah. Setelah itu Nabi menerima wahyu secara bertahap selama 23 tahun.
Pada awalnya, Nabi Muhammad mulai menyebarkan wahyu dan agama Allah dengan sembunyi-sembunyi . Setelah datang perintah Allah melalui surat Al Hijr ayat 94, Nabi Muhammad berdakwah secara terang-terangan.
Nabi Muhammad menyebarkan Islam di Makkah selama 13 tahun lalu hijrah ke Madinah. Nabi melewati sejumlah peperangan selama berdakwah.
Hingga akhirnya, Nabi Muhammad mulai merasa sakit di bulan Safar. Nabi lalu meminta dirawat di rumah istrinya, Aisyah hingga akhirnya meninggal dunia pada usia 63 tahun. Dari perjalanan kehidupan Nabi Muhammad SAW ini umat Islam diharapkan dapat mengambil pelajaran dan mencontoh sifat-sifat Nabi.
METROPOST1.COM, Pandeglang — Catatan relawan kali ini berkisah tentang sosok pemuda berasal dari kota santri. Ia adalah pemuda dari kota Pandeglang yang mengemban amanah sebagai Ketua Charity Banten yang konsen membantu masyarakat untuk mendapatkan Pelayanan kesehatan & sosial.
Perjalanan aksi kemanusiaan yang dilakukannya bukan tanpa pengorbanan. Menurutnya, sebagai seorang relawan dirinya dituntut untuk selalu siap dalam kondisi apapun demi memberikan pertolongan kepada masyarakat.
Bermodalkan keinginan serta rasa iba beliau pun berjibaku hingga mengorbankan beberapa harta serta koleksi pribadinya dijual untuk biaya transfortasi dan biaya hidup para pasien tidak mampu selama di rumah sakit serta mendampingi pasien tidak mampu berhari-hari di rumah sakit supaya bisa mendapatkan pelayanan medis semestinya
Bukan hanya Rumah Sakit Berkah Pandeglang saja, kadang beliau menghantar pasien ke RSUD Banten. RSUD tanggerang serta ke Rumah Sakit Jakarta seperti RSCM & DARMAIS, RS Gatot Subroto.
Kami pun sempat bertanya kenapa beliau sampai jadi relawan karena sebelumnya beliau aktif dalam politik serta pembisnis yang sukses dalam permata serta finance
“Saya menjadi seperti ini karena saya pernah mengalami seperti mereka di saat tahun 2006 bapak sakit dan saya banyak menangis karena tak sanggup untuk membiayai pengobatannya karna saat itu saya hanya tukang ojeg dan pada akhirnya bapak saya pun wafat karna terlambat membawa kerumah sakit karena selalu memikirkan biaya” ungkapnya.
Kembali kata Dicky, berjalannya waktu di tahun 2010 saya mulai beralih pekerjaan pada perusahaan hingga pernah menjabat sebagai manager HRD & GA hingga di 2013 saya rigent karena ibu saya sakit-sakitan dan saat itu gajih yang tidak cukup untuk membiayai anak serta istri saya dan biaya pengobatan ibu yang lumayan besar karna penyakit komplikasi yang dideritanya hingga saya berbisnis batu permata Banten seperti kalimaya.
Alhmdulilah saya bisa mewujudkan cita-cita ibu saya untuk berobat dimana beliau inginkan hal-hal yang belum terlaksana dan pengobatannya pun bisa termudahkan saat itu tapi pada akhirnya di ujung tahun 2015 ibu saya pun wafat dan hancurlah segala harapan serta penyemangat dalam hidupku, saat itu saya berpikir bagaimana melakukan yang terbaik buat orang tua kita walaupun sudah tiada karena setidaknya kita terlahir akan dijadikan ganjalan pertanyaan kelak buat mereka.
Apakah mereka berhasil atau tidak mendidik anak – anaknya kelak, maka itu saya akan melakukan yang terbaik dan menjadi manusia yang bisa menjadi pahala mengalir buat mereka dengan melakukan hal – hal kebaikan yaitu membantu sesama yang membutuhkan dengan sekuat tenaga serta pikiran dan orang tua kita pun akan bangga kelak.
Dirinya berharap agar instansi terkait baik Dinkes dan Dinsos bisa bersinergi serta para pemimpin daerah seperti bupati & gubernur agar lebih memperhatikan para pejuang kemanusian di tanah Banten khususnya dan Indonesia umumnya.
“Semoga cerita sedikit ini bisa menjadi motivasi untuk kita supaya lebih peka pada masyarakat sekitar yang membutuhkan pertolongan” ungkanya.