Metropost1.com — Artis dan produser Dian Satrowardoyo memang telah diketahui berkerabat dekat dengan penyair Subagio Sastrowordoyo. Dian bangga pernah berinteraksi langsung dengan Subagio. Dian mengaku sempat ketamu peratama kalinya saat pertemuan keluarga.
Dian Sastrowardoyo bercerita, bahwa penyair Subagio Sastrowordoyo adalah sosok yang humoris, suka cerita dongeng sambil meperagakan dengan ekspresi. “Saya bersyukur bisa related sama orang sehebat eyang Bagio,” kata Dian dalam peluncuran buku And Death Grows Intimate acara Jakarta Content Week secara virutal.
Semasa sekolah, Dian mengatakan memang paling suka pelajaran Bahasa Indonesia. Dia beranggapan, kekerabatan dengan Subagio mungkin menjelaskan ihwal kenapa keluarganya dekat dengan sastra. Saat duduk di bangku sekolah dasar (SD), Dian baru tahu bahwa eyangnya itu adaah penulis dan penyair terkenal.
“Karena darah filsafat dan berkesenian sudah mengalir. Saya jadi merasa tak sendiri (di keluarga) menggeluti dunia seni,” tutur Dian.
Setelah mengenal sosok Subagio yang sebenarnya, Dian pertama kali tahu puisi eyangnya itu berjudul “Dan Kematian Makin Akrab.” Saat itu, baginya puisi itu agak suram dan menakutkan. Seiring berjalannya waktu, Dian banyak membaca dan menyukai karya sastra eyangnya itu.
“Dia nyaman membicarakan hal-hal sedih, menakutkan. Dia akrab sekali dengan sesuatu yang menakutkan, yang mungkin bagi orang lain dihindari,” ujar bintang AADC itu.
Dian sendiri mengaku dikenalkan dunia sastra oleh sang ibu. Secara tidak langsung kondisi itu membentuk seleranya terhadap sastra. “Dari kecil sudah kunyah sastra Indonesia, jadi punya taste, selera, sudah tersusun,” uangkap Dian.
Selera terhadap sastra yang sudah terbentuk sejak kecil membuat Dian selektif membaca skrip atau novel. Meskipun terkadang kurang suka dengan sesuatu yang dibaca, Dian tetap membacanya. “Karena seleraku terbentuk dari sastrawan lama, jadi susah menikmati karya baru,” ujar dia.
Sebagai pekerja seni, Dian mengaku bahwa sedikit sulit memuaskan hasratnya dari bentuk tulisan. Saat membaca skrip atau novel, misalnya, Dian merasa kisah yang dihadirkan penulis lama susah disajikan oleh penulis saat ini. “Saya tak tahu apa problemnya. Bukan berarti karya mereka jelek, tapi ini soal selera,” kata dia. (Red)