
Penulis : Helda Novia
Dosen Pembimbing : Angga Rosidin, S.I.P., M.A.P.,
Kepala Program Studi : Zakaria Habib Al-Ra’zie, S.I.P., M.Sos Program Studi Administrasi Negara, Universitas Pamulang, Serang
Metropostnews.com – Perubahan sosial yang terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir bergerak begitu cepat. Terutama dalam bidang digitalisasi, globalisasi, dan gaya hidup modern yang telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Namun, di balik kemajuan ini, muncul pertanyaan penting yang perlu kita direnungkan yakni, Apakah kita benar-benar mengalami kemajuan, atau justru perlahan-lahan kehilangan arah?
Teori-teori sosial Barat seperti modernisasi dan individualisme telah memberikan pengaruh besar terhadap cara berpikir dan bertindak masyarakat Indonesia. Kita menjadi lebih terbuka, berani bersaing, dan tidak takut mengungkapkan pendapat. Pola pikir seperti ini jelas membantu bangsa kita untuk berkembang di tengah dunia yang kompetitif. Namun, di saat yang sama, muncul gejala-gejala lain yang perlu diwaspadai yakni menurunnya rasa kebersamaan, meningkatnya budaya konsumtif, dan berkurangnya kepedulian sosial antar sesama
Nilai-nilai lokal seperti gotong royong, kesederhanaan, dan kekeluargaan mulai tergeser oleh pola hidup yang menekankan efisiensi dan pencapaian pribadi. Hal ini menunjukkan bahwa modernitas tidak selalu sejalan dengan karakter masyarakat kita yang hangat, peduli, dan terbiasa hidup dalam semangat kebersamaan. Oleh karena itu, tantangan terbesar bagi Indonesia saat ini bukan sekadar bagaimana mengikuti arus global, melainkan bagaimana mempertahankan jati diri di tengah perubahan tersebut.
Bukan berarti kita harus menolak pengaruh barat, Justru yang dibutuhkan adalah kemampuan kita dalam menyaring dan menyesuaikan nilai-nilai yang datang dari luar agar tetap relevan dengan budaya lokal. Dengan begitu, kemajuan yang kita raih tidak membuat kita kehilangan jati diri. Indonesia dapat tetap modern tanpa harus kehilangan arah dan tetap menjadi bangsa yang terbuka terhadap dunia, namun tetap berlandaskan nilai-nilainya sendiri.
_Karena kemajuan tanpa jati diri hanyalah perjalanan yang kehilangan makna, seperti pergi jauh, namun lupa jalan pulang._

