METROPOSTNews.com | Banjar – Kelompok Tani Muktisari 1 dan 2 Desa Batulawang Kecamatan Pataruman Kota Banjar musim panen tahunan 2021/2022, digelar secara meriah pagi tadi, Rabu (08/03/2020) di dusun Karangsari, RT 10 RW 03 Pataruman kota Banjar.
Acara tersebut bentuk rasa syukur karena panen ditahun ini dinilai berhasil dibanding tahun-tahun kemarin.

Hal ini dijelaskan oleh Dinas Pertanian kota Banjar, untuk bibit padi yang ditanam adalah jenis mikongga dan merupakan bantuan dari Kementerian Pertanian, serta penyuluhan dan bimbingan Dinas Pertanian kota Banjar.
Kegiatan tadi pagi dihadiri oleh aparatur desa Batulawang baserta Babinsa dan juga kepala desa Batulawang, Yosep Erawan, Camat Pataruman bapak Dedi Suryadi.S STP.,M.Si, beserta pejabat dinas Pertanian kota Banjar, Polsek Pataruman pun turut hadir di acara tersebut.
Kendala untuk pertanian di kelompok MUKTISARI sendiri adalah dari segi pengairan, karena lahan pertanian disini hampir 80% adalah lahan tadah hujan, tapi pihak desa Batulawang sudah mengantisipasi Masalah ini dengan menggelontorkan dana sebesar 50 juta, hal ini disampaikan oleh kepala desa Batulawang, Yosep Erawan kepada wartawan metropostnews.
,”Kita sudah musyawarah dengan BPD, mengalokasikan anggaran sebesar 50 juta, untuk bidang perairan dengan cara melakukan penyedotan air daei sungai ciseel,bahkan warga sampai rela bergadang 2 hari 2 malam” jelasnya.
“Dan untuk tahun depan, di musim kemarau kita sudah punya solusi dan antisipasi, karena di tahun kemarin merupakan pelajaran bagi kami” pungkasnya.
Untuk di desa Batulawang sendiri, acara Panen Raya Padi merupakan pertama dilaksanakan, dan lokasi ini merupakan lokasi Demplot atau Sekolah Lapangan penerapan inovasi teknologi, dimana lokasi ini dari mulai pemupukan, pengendalian hama dibimbing penyuluh dilapangan. Sehingga penanaman padi hasilnya memuaskan.
Untuk resiko gagal panen, dari pihak kementerian pertanian menyediakan program asuransi usaha tanam padi, tujuannya untuk mengantisipasi kegagalan panen petani di lapangan, jadi progam ini disubsidi oleh pemerintah,secara nonsubsidi harus dibayarkan Rp.188,000, tapi setelah disubsidi menjadi Rp 144,000. Sehingga petani hanya membayar Rp.36,000/hektar.
Apabila terjadi resiko kegagalan, misalkan kebanjiran, kekeringan atau terserang hama penyaki,dapat di claim sebesar 6jt/hektar, diharapkan kelompok ini semua anggota bisa mengikuti kegiatan program yang disediakan oleh pihak kementerian pertanian. (RD