
Ahmed Zaki Iskandar dan Airin Rachmi Diany
METROPOSTNews.com | Serial Game of Thrones adalah tentang perebutan takhta dalam benua bernama Westeros. Dalam serial tersebut, diceritakan para Great House (pimpinan wilayah) saling bersekongkol dan berperang untuk menguasai The Iron Throne. Maka segala cara pun dilakukan demi mengambil alih takhta tersebut.
Akan tetapi ketika para Great House sibuk berperang, ancaman dari Utara datang. Hal itu, berupa musim salju berkepanjangan dengan membawa pasukan mati atau disebut Wights.
Pasukan mati ini mengancam eksistensi penduduk dalam benua Westeros.
Maka ketika muncul seruan “The Winter is Coming”, seluruh Great House yang sibuk berperang pun sadar bahwa yang terbaik bukanlah siapa yang menguasai The Iron Throne.
Jika perang diteruskan, maka seluruh Great House akan hancur oleh serbuan pasukan musim dingin.
Pada akhirnya para Great House saling bekerja sama untuk melawan ancaman musim dingin tersebut.
Fenomena game of throne politik demikian, bukan kemudian diasumsikan konflik antara orang kuat di Banten yang sedang mengisi ruang harapan buat warga DKI.
Akan tetapi, bagaimana peran Ahmed Zaki Iskandar dan Airin Rachmi Fiany mampu mengisi satu sama lainnya. hal itu, untuk mengemas agar Golkar memiliki potensi kuat dalam memainkan peranannya untuk kebesaran partai berlambang pohon beringin itu.
PILKADA DKI 2024
Kendati terlalu dini, orang berseloroh soal pilkada DKI 2024 mendatang.
Panasnya kontelasi politik di DKI, menjadi konsumsi politik untuk public dikarenakan munculnya nama Airin Rachmi Diany yang digadang-gadang sebagai cagub potensial.
Bukan tanpa alasan, Namanya ramai baru-baru ini dalam pemberitaan. hal itu dimulai, saat pertemuan ketua umum DPP Golkar dan Nasdem. Airlangga Hartarto, membawa dan mengenalkan Srikandinya kepada Surya Paloh.
Sehingga, pada titik kesimpulan sementara ada semacam gentlemen agreement untuk menggabungkan Airin dan Syahroni atau syahroni – airin untuk pasangan cagub – cawagub potensial pada perhelatan pilkada DKI 2024.
Beberapa hari yang lalupun, mantan Wakil Ketua DPRD DKI asal partai gerindra, M Taufik meyampaikan statement, yaitu : “ ditentengnya Jokowi, Anies dari Jakarta utara akan mengulangi suksesnya Ketika membawa Airin dari pertemuan di jakarta utara juga”.
Ciutan Mantan orang nomor Satu di DPD Gerindra DKI ini, sudah barang tentu menjadi perhatian elite politik Golkar.
Kehadiran Airin memunculkan spekulasi, akankah Airin serius dicalonkan oleh Golkar? sebab intrik sokongan terhadapnya, tidak hanya sampai disitu saja. Airin yang merupakan kader partai golkar, harus berhadapan pada keputusan final partai yang telah menetapkan zaki sebagai cagub DKI.
MENIMBANG AIRIN
Munculnya nama Airin mungkin jadi penyegar dari kontestasi yang lama di dominasi oleh laki-laki. Meski demikian, kekuatan Airin sebagai mantan Walikota Tangerang Selatan (Tangsel) 2 periode dan mewakili kaum hawa harus diperhitungkan matang-matang.
Kehadiran Airin menjadi jawaban, atas kejenuhan terhadap peran laki-laki dalam kancah perpolitikan.
Merujuk penelitian Keren celis, sarah child dan Jennifer curtin menyebutkan bahwa strong representation of women atau representative perempuan yang kuat amat tergantung dengan aktor-aktor penting disekelilingnya.
Dipilihnya Airin sebagai ketua umum KPPG (kesatuan perempuan partai golkar) dan gerakan AIRIN (Airlangga untuk Indonesia) setidaknya memberikan signal bahwa Airin secara kapasitas dan kualitas politiknya mampu meyakinkan personalitynya dihadapan elite Golkar dan sokongan circle (lingkaran) aktor-aktor yang menjadi penguat untuk dirinya mendapatkan dukungan politik kedepannya.
Dari sisi kepartaian, Potensi Airin yang digadang sebagai bakal cagub dari Golkar sebenarnya tidak memiliki effect kuat.
Dari sisi kompetitif Golkar yang saat ini hanya memiliki 6 kursi. sulit untuk dijadikan pertimbangan dan jauh dari PDIP, Gerindra, PAN, PKS dan PSI.
Terlepas dari kondisi-kondisi tersebut, Airin sendiri bukannya tak punya kekuatan. Ia boleh jadi punya privilege sebagai mantan Walikota Tangsel yang membuatnya cukup punya amunisi dalam berkompetisi.
Namun, lagi-lagi privilege tersebut, boleh jadi membuat publik lebih akan menilainya sebagai perempuan yang kuat dengan segala potensinya mampu mewujudkan apa yang diharapkan Golkar.
ZAKI EFFECT
Partai Politik memiliki dinamikanya tersendiri, begitupun Golkar. Keberadaan Ahmed Zaki Iskandar sebagai ketua DPD Golkar DKI tidak bisa dipungkiri, ini menjadi tambatan menarik bagi elite partai lain untuk melibatkan kader Golkar dalam kontestasi.
Terpilihnya zaki sebagai ketua DPD golkar DKI menjadi pemantik bagi elite lain melirik kader-kader potensial yang dimilikinya. Beban zaki yang besar, bagaimana meningkatkan popularitas dan elektabilitas golkar dalam menyongsong pemilu 2024 menjadi target utama.
Karenanya, pembiaran kehadiran Airin bukan hal yang dikhawatirkan. Namun hal ini, menjadi bagian dari strategi bagaimana menerapkan smart campaign untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitas partai tersebut.
Dalam teori Konsep smart campaign yang dipublikasi Sadie Dingfelder yang berjudul The Science of Political Advertising, agaknya dapat menjadi strategi yang jitu untuk dikedepankan zaki.
Mengacu pada konsep tersebut, promosi kandidat di era kontestasi elektoral modern sesungguhnya dapat memaksimalkan usaha-usaha yang lebih cermat, khususnya dari tim digital, Utamanya dalam memaksimalkan data karakteristik audiens yang sangat beragam, mengolahnya, dan menerjemahkannya ke dalam kampanye yang efektif dan efisien.
Dalam konsep smart campaign, tidak hanya literatur psikologi dan ilmu politik dasar yang menjadi pijakan langkah kampanye. Algoritme spesifik mengenai target dan pesan apa yang tepat bagi masing-masing calon pemilih, atau yang dikenal dengan istilah “microtargeting” juga menjadi taktik yang disebut cukup positif di era saat ini. Algoritme itu, juga dapat diatur dan dimaksimalkan untuk mempengaruhi khalayak, terutama ketika sang kandidat tengah berjuang dengan popularitasnya.
Micro targeting yang dikemas zaki dalam konteks saat ini cukup berhasil. Pembuktiannya adalah, kehadiran Airin menggugah partai dan elemen lain dalam kontestasi pilkada 2024.
Sebagai kader partai yang baik, sudah sepatutnya zaki melakuakn hal tersebut untuk mengemas bagaimana partai golkar sukses mendulang elektabilitas di DKI pada 2024.
PANDANGAN PENULIS
Ala kulli hal, Sebagai warga Banten perhatian subjektifitas penulis kepada kedua orang ini menjadi daya Tarik tersendiri.
Bagaimanapun, keduanya adalah orang yang pernah memimpin daerah di Banten dan saat ini menjadi figur yang sedang diperbincangkan oleh elite partai.
Perbincangan ini bukan soal Zaki atau Airin. Akan tetapi peran keduanya, dapat disimpulkan tidak dalam posisi bertarung untuk meraih kekuasaan individu.
“Yaitu, agenda besar yang dikemas dalam game of throne ini tidak lain adalah menyatukan kekuatan agar Golkar di DKI mampu mendulang popularitas dan elektabilitas”.
Wallahu a’lam bisshowab.
Penulis : Ahmad Chumaedy
(Dosen Fakultas Fisip Universitas Muhamadiyah Tangerang)


